hadits tentang seni rupa
1 Kata-Kata Tentang Seni Penuh Inspirasi. Ilustrasi (Credit: PIxabay) Inspirasi seniman bisa diperoleh dari mana saja hingga mereka bisa menciptakan karya yang begitu menakjubkan. Oleh sebab itu, kata-kata tentang seni dari mereka seperti berikut ini terdengar sangat inspiratif. Silakan baca dan temukan pemikiran yang keren dari mereka. 1.
Dibelakangnyadibuat patung yang berbadan singa berkepala manusia (sphink), yang mengandung makna simbolis. Piramid, patung, tugu, dan sphink, serta mummi adalah karya seni rupa yang mencapai tahap klasik (puncak) karya seni rupa mesir. Itu semua didasari oleh kebutuhan kepercayaan.
1 Apakah keharman seni (lukis dan seni pahat) bersifat mutlak atau hanya untuk waktu tertentu? 2. Apa pandangan Islam terhadap pembuatan patung untuk berbagai macam tujuan? 3. Apa pandangan Islam terhadap monumen dan tugu-tugu peringatan bagi tentara atau pahlawan tidak dikenal? 4. Apa pandangan Islam terhadap karya lukis klasik dan seni abstrak? 5.
21. PENGERTIAN SENI RUPA. Seni Rupa adalah bagian dari aktivitas manusia yang turut menandakan kehadiran sebuah era kebudayaan. Seni Rupa Modern adalah suatu karya seni rupa yang merupakan hasil kreativitas untuk menciptakan karya yang baru atau dengan kata lain karya seni rupa pembaruan.
Darisemua uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut pandangan umum, seni yang dibenarkan oleh Islam dan Al-Quran hanyalah seni-seni yang hanya menggunakan cara-cara yang dibenarkan, berkhidmat untuk tujuan mulia Ilahi dan agama yang sesuai dengan fitrah suci manusia dan segala macam seni yang telah disebutkan meskipun secara langsung juga tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama, maka hal itu tidak akan diterima oleh Islam dan agama.
nói cách khác tiếng anh là gì. Ilustrasi Hukum Menggambar Makhluk Bernyawa. Foto adalah sebuah proses kreasi untuk menciptakan karya seni dua dimensi. Dalam ajaran Islam, menggambar menjadi salah satu hal yang diatur soal pelaksanaannya. Jika menyalahi aturan, hukumnya pun bisa berubah menjadi dari buku Menggambar Kucing Besar dengan Pensil Predator karangan Veri Apriyatno, menggambar merupakan sebuah proses eksplorasi kreativitas untuk mengekspresikan gambar, seseorang dapat menuangkan gagasan yang tidak dapat diungkapkan lewat media lain. Karenanya, menggambar tidak hanya menciptakan karya seni yang dapat dinikmati orang lain, namun juga dapat menjadi media aktualisasi diri seorang dari buku Jejak seni dalam Sejarah Islam karangan Febri Yulika, perkembangan seni lukis dalam Islam tidaklah sesukses perkembangan seni rupa lainnya. Itu karena minimnya perhatian seniman Islam yang mempelajari seni lukis. Mereka lebih banyak menuangkan perhatiannya pada bidang seni lain, misalnya seni bangunan, seni hias, seni kerajinan dan seni saat itu, muncul berbagai pendapat serta pembahasan dari ulama dan pakar Islam mengenai boleh atau tidaknya menggambar atau melukis makhluk bernyawa tashwir. Bagaimana sebenarnya hukum menggambar makhluk bernyawa dalam Islam?Ilustrasi Hukum Menggambar Makhluk Bernyawa. Foto Menggambar Makhluk Bernyawa dalam IslamDalam buku Jejak seni dalam Sejarah Islam karangan Febri Yulika dijelaskan, terdapat petunjuk tentang larangan menggambar makhluk bernyawa dalam sebuah hadits. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang pembuatan gambar shuwar dan patung tamatsil, karena dapat memberikan mudharat perbuatan dosa besar yang disebabkan penyekutuan Allah SWT sebagai Maha dari buku CAAP JAY Cukupkan Amalan Agama Pasti Jayalah Akherat Yad karangan Beny Harjad, para ulama sepakat bahwa hukum menggambar makhluk bernyawa adalah haram. Hukum haram ini berlaku untuk binatang dan manusia, sedangkan menggambar tumbuhan tidak bernyawa hukumnya Hukum Menggambar Makhluk Bernyawa. Foto tentang Hukum Menggambar Makhluk BernyawaDisadur dari buku Jejak seni dalam Sejarah Islam karangan Febri Yulika dan CAAP JAY Cukupkan Amalan Agama Pasti Jayalah Akherat Yad karangan Beny Harjad, berikut beberapa hadits tentang larangan menggambar makhluk hidup dalam Islam.“Barangsiapa menggambar suatu gambar dari sesuatu yang bernyawa di dunia, maka dia akan diminta meniupkan ruh kepada gambarnya itu kelak di hari akhir, sedangkan dia tidak kuasa untuk meniupkannya.” HR. Bukhari“Sesungguhnya diantara manusia yang paling besar siksanya di hari kiamat adalah orang-orang yang menggambar makhluk yang bernyawa.” Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, bab Tashwiir“Setiap orang yang menggambar berada di neraka yang akan dijadikan untuknya tiap-tiap gambar yang ia gambar itu dalam bentuk jiwa yang akan menyiksa dia di neraka.” HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim
Pertanyaan Saya mendapat kesulitan menjelaskan kepada salah seorang saudara saya seiman bahwa membuat patung itu hukumnya haram dan tidak Islami. Jawabanya, bahwa wanita yang akan dibuatkan patungnya termasuk pahlawan kebangsaan. Karena ia berperang melawan kaum muslimin demi membela negaranya. Ia masih termasuk nenek teman saya itu di masa sebelum masuknya Islam. Apakah mungkin bagi seorang mukmin untuk menyembah patung? Atau membuat patung untuk mengingat jasa-jasanya sebagai pahlawan? Sampai apabila pahwalan itu bukanlah seorang muslim? Teks Jawaban Pertama, bisa dipahami dari pertanyaan tersebut bahwa kemungkaran perbuatan tersebut karena keberadaan asal patung itu adalah orang kafir. Artinya, bila itu dibuat sebagai patung dari orang muslim, itu boleh. Yang demikian itu adalah keliru. Segala bentuk patung benda bernyawa adalah haram. Tidak ada bedanya antara patung yang dibuat meniru jasad orang muslim atau kafir, semuanya sama haramnya. Akan tetapi membuat patung orang kafir itu lebih haram lagi, karena di situ terkumpul dua bentuk keburukan; keburukan membuat patung, dan keburukan mengagungkan orang kafir. Berikut ini rincian persoalan haramnya patung dan monumen. 1. Persoalan membuat patung, tidak berhenti hanya sekedar sebagai persoalan fikih saja, tetapi berlanjut sampai pada persoalan aqidah. Karena Allah lah yang hanya memiliki kekhususan untuk menciptakan makhluk-Nya dengan bentuk yang terbaik. Melukis atau mematung berarti upaya meniru ciptaan Allah. Masalah ini juga berkaitan dengan akidah dari sisi bahwa terkadang patung-patung itu menjadi sesembahan selain Allah. Di antara buktinya adalah bahwa membentuk makhluk itu adalah perbuatan Allah Ta'ala adalah dalil-dalil berikut a. Firman Allah "Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya.." QS. Ali Imran 6 Demikian juga firman Allah "Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu Adam, lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat"Bersujudlah kamu kepada Adam".." QS. Al-A'raaf 11 Juga firman Allah "Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik.." QS. Al-Hasyr 24 Juga firman Allah "Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu berbuat durhaka terhadap Rabbmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan susunan tubuhmu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.." QS. Al-Infithaar 6-8 Seluruh ayat diatas menetapkan akidah yang tidak diragukan lagi bahwa membuat bentuk makhluk adalah merupakan hak Rabb sebagai Pencipta dan Pemberi bentuk. Tidak ada hak bagi seseorang untuk bersikap lancang berusaha menandingi Allah dalam mencipta dan membentuk. b. Dari Aisyah Ummul Mukminin, Ummu Habibah dan Ummu Salamah menyebutkan tentang gereja yang pernah mereka lihat di Habasyah. Di dalamnya terdapat berbagai lukisan. Mereka menceritakannya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Kebiasaan orang-orang seperti mereka, apabila ada salah di antara mereka yang meninggal dunia, akan mereka dirikan masjid di atas kuburan mereka, lalu mereka buat lukisan-lukisan tersebut. Mereka adalah sejahat-jahatnya makhluk di sisi Allah di Hari Kiamat nanti." HR. Al-Bukhari 416 dan Muslim 528 Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata "Hadits tersebut mengandung pengharaman terhadap lukisan." Fathul Baari I 525 An-Nawawi berkata "Para ulama, termasuk sahabat-sahabat kami menyatakan bahwa melukis banda-benda hidup hukumnya adalah haram seharam-haramnya; termasuk kategori dosa besar, karena sudah terkena ancaman yang disebutkan dalam banyak hadits. Tidak ada bedanya antara gambar yang bukan hiasan atau yang berupa hiasan, membuatnya tetap haram hukumnya, kapan dan di manapun juga. Karena itu merupakan sikap meniru-niru ciptaan Allah Ta'ala. Tak juga beda antara gambar di kaus, karpet, uang logam maupun kertas, cawan, dinding dan yang lainnya. Adapun menggambar pepohonan, pelana unta dan sejenisnya yang tidak mengandung benda-benda bernyawa, hukumnya tidak haram. Demikianlah hukum dari melukis benda hidup." Lihat Syarah Muslim XIV 81 c. Dari Said bin Abul Hasan diriwayatkan bahwa ia menceritakan Saya pernah duduk dalam majelis Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhuma. Tiba-tiba datang seorang lelaki bertanya "Wahai Abu Abbas! Saya ini orang yang kerjanya cuma dengan cara ini. Saya seorang pelukis." Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhuma menjawab "Saya hanya akan memberitahukan kepadamu apa yang kudengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku pernah mendengar beliau bersabda "Barangsiapa yang melukis gambar, pasti akan disiksa oleh Allah sampai ia mampu meniupkan ruh ke dalam gambar-gambar tersebut. Padahal ia tidak akan mampu meniupkan ruh tersebut selamanya." Serta merta lelaki tadi merangkak dengan susah payah, wajahnya memucat. Maka Ibnu Abbas berkata "Kalau kamu masih membandel, silakan kamu menggambar pepohonan dan segala sesuatu yang tidak bernyawa." HR. Al-Bukhari 2112 dan Muslim 2110 d. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Sesungguhnya orang yang paling berat siksanya di Hari Kiamat nanti adalah para pelukis." HR. Al-Bukhari 5606 dan Muslim 2109 e. Dari Abdullah bin Amru bin Aash Radhiallahu 'anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda "Sesungguhnya orang-orang yang membuat lukisan ini akan disiksa di hari kiamat nanti, lalu diperintahkan kepada mereka "Hidupkan apa yang kalian ciptakan itu." HR. Al-Bukhari 5607 dan Muslim 2108. f. Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu diriwayatkan bahwa ia pernah masuk ke Al-Madinah. Tiba-tiba ia lihat di bagian atas kota tersebut terdapat lukisan. Maka ia berkata Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda menceritakan firman Allah "Tidak ada yang lebih zhalim dari orang yang menciptakan sesuatu meniru ciptaan-Ku. Coba mereka coba menciptakan biji-bijian atau sebiji dzarrah!" HR. Al-Bukhari 5609 dan Muslim 2111. Iman An-Nawawi menyatakan "Sabda beliau "Coba mereka coba menciptakan biji-bijian atau sebiji dzarrah!" arti coba mereka menciptakan biji dzarrah yang bernyawa dan beraktivitas sendiri sebagaimana yang diciptakan oleh Allah. Demikian juga, coba mereka menciptakan biji gandum dan sejenisnya yang memiliki rasa, dapat dimakan, ditanam dan tumbuh, serta memiliki segala kriteria yang terdapat dalam biji gandum dan berbagai jenis biji-bijian lain yang diciptakan oleh Allah. Perintah itu untuk menunjukkan ketidakmampuan manusia melakukannya sebagaimana dijelaskan sebelumnya." Lihat Syarah Muslim oleh An-Nawawi XIV 90. Karena yang mampu menciptakan biji-bijian yang hidup dari sebelumnya tidak ada hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. g. Dari Abu Jahfah diriwayatkan bahwa ia menceritakan Rasulullah melarang menjual anjing dan darah, melarang orang membuat tato atau dibuatkan tato, melarang orang yang memberi dan memakan riba, dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga melaknat para pelukis benda hidup." HR. Al-Bukhari 1980. 2. Syariat Islam telah memerintahkan berhala-berhala untuk dihancurkan dan dibumihanguskan, bukan dibuat dan dilestarikan. Dalil yang membuktikan hal itu adalah sebagai berikut a. Dari Abdullah bin Mas'ud diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk kota Mekkah. Kala itu disekitar Ka'bah terdapat tiga ratus enam puluh patung. Beliau langsung menusuk patung-patung itu dengan kayu seraya bersabda "Telah datang kebenaran, dan hancurlah kebatilan.." HR. Al-Bukhari 2346 dan Muslim 1781. b. Dari Abul Hayyaz Al-Asadi diriwayatkan bahwa ia menceritakan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu 'anhu pernah berkata Aku akan mengutusmu sebagaimana dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutusku. Tugasmu adalah setiap kali engkau mendapatkan patung, hendaknya engkau menghancurkannya. Dan setiap engkau mendapatkan kuburan yang ditinggikan, hendaknya engkau meratakannya dengan tanah." Dalam riwayat lain "Dan setiap engkau mendapatkan lukisan benda hidup, hendaknya engkaupun menghancurkannya." HR. Al-Muslim 969. Ibnul Qayyim menandaskan "Tamatsil dalam bahasa Arab adalah jamak dari kata timsal, yakni gambar tiga dimensi patung dan sejenisnya." Lihat Al-Fawa-id hal. 196. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan segala gambar tiga dimensi yakni patung dari orang mati, atau patung yang dibangun di atas kuburan agar dihancurkan, karena keduanya dapat menimbulkan kemusyrikan." Majmu' Al-Fatawa 462 17 3. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengancam orang yang memiliki lukisan benda hidup agar tidak memasukkannya ke dalam rumah. Beliau menyebutkan dosa-dosa akibat perbuatan tersebut, serta kebaikan yang hilang karena keberadaan lukisan tersebut. Di antara dalil-dalilnya a. Dari Abu Thalhah diriwayatkan bahwa ia berkata Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Sesungguhnya para malaikat itu tidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada anjing atau lukisan benda hidup." HR. Al-Bukhari 3053 dan Muslim 2106. b. Dari Aisyah Ummul Mukminin Radhiallahu 'anha bahwa ia menceritakan pernah membeli sebuah bantal yang ada gambarnya. Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihatnya, beliau langsung berdiri saja di depan pintu rumahnya dan tidak mau masuk. Aisyah bisa melihat ketidaksenangan di wajah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka ia bertanya "Wahai Rasulullah! Aku bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kepada Rasul-Nya. Dosa apakah gerangan yang telah kulakukan?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab "Dari mana engkau dapatkan bantal ini?" Aisyah menjawab "Aku yang membelinya untuk engkau gunakan duduk-duduk dan bersandar." Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersaba "Sesungguhnya orang-orang yang melukis benda-benda hidup ini akan disiksa di Hari Kiamat nanti. Dikatakan kepada mereka "Coba kalian hidupkan lukisan-lukisan yang kalian buat itu!" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan "Sesungguhnya rumah yang ada gambar semacam itu tidak akan dimasuki oleh para malaikat." HR. Al-Bukhari 1999 dan Muslim 2107. 4. Membuat lukisan termasuk jalan yang menghantarkan kepada perbuatan syirik. Karena perbuatan syirik itu dimulai dengan penghormatan terhadap gambar atau lukisan tersebut, terutama dengan sedikitnya ilmu, atau bahkan tanpa ilmu sama sekali. Di antara dalilnya adalah a. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhuma diriwayatkan bahwa beliau menceritakan "Berhala-berhala yang dahulu ada di kalangan umat Nabi Nuh, akhirnya berpindah ke negeri Arab pada masa selanjutnya. Adapun berhala Wudd, ada di Daumatul Jandal. Berhala Suwaa', ada di kalangan Bani Hudzail. Sementara Yaghuts ada di kalangan Bani Ghatthaf di daerah Jauf di Saba. Ya'uq adalah milik Bani Hamdaan. Sementara berhala Nashr menjadi milik Humair, dari keluarga Dzil Kilaa'. Mereka pada asalnya adalah orang-orang shalih dari umat Nabi Nuh. Setelah mereka meninggal dunia, syetan membisikkan kepada kaumnya agar membuat patung mereka di majelis-majelis yang biasa mereka hadiri, menamakan patung-patung itu dengan nama mereka. Merekapun mengerjakan apa yang dibisikkan oleh syetan tersebut. Pada awalnya, patung-patung itu tidaklah disembah. Tetapi setelah mereka meninggal dunia pula, ilmu tentang perkara itupun sudah tidak diketahui lagi, akhirnya patung-patung itupun disembah. HR. Al-Bukhari 4636 Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan "Demikian juga halnya dengan Al-Laata. Sebab ia disembah adalah pengaggungan terhadap kuburan orang yang dianggap shalih yang menjadi kebiasaan di kala itu." Lihat Iqtidhaa-ush Shiratil Mustaqiem II 333. Beliau melanjutkan "Sebab ini yakni pengagunganyang akhirnya menjadi alasan syariat melarang membuat patung. Itulah yang telah menjerumuskan banyak umat ke dalam syirik besar, atau syirik yang lebih kecil dari itu." Shiratil Mustaqiem II 334 Ibnul Qayyim -Rahimahullah- menjelaskan tentang permainan syetan terhadap orang-orang Nashrani "Syetan mempermainkan mereka sehingga mereka mau membuat lukisan-lukisan di gereja-gereja mereka. Tidak akan kita dapatkan di gereja mereka yang manapun yang tidak terdapat lukisan Maryam, Masih, Georgea, Petrus dan yang lainnya dari kalangan yang menurut mereka adalah orang-orang suci. Kebanyakan mereka akhirnya bersujud kepada lukisan-lukisan tersebut, meminta doa kepada mereka selain juga kepada Allah. Melalui jalan Aleksanderia, telah ditulis sepucuk surat kepada Raja Romawi yang menjelaskan alasan kenapa mereka bersujud kepada lukisan-lukisan tersebut. Mereka mengisahkan bahwa Allah pernah memerintahkan Nabi Musa untuk membuat lukisan Sarwis di kuburan Az-Zaman. Sulaiman bin Dawud ketika membuat semacam candi, juga membuat gambar Sarwis dari emas, lalu beliau pasang dalam candi tersebut." Dalam surat yang sama disebutkan "Permisalan dari perbuatan ini adalah seperti seorang raja yang menulis surat kepada para bawahannya. Si bawahan mengambil surat tersebut, menciumnya dan meletakkanya di dinding, lalu ia berdiri menghormatinya. Penghormatan itu bukanlah untuk kertas tersebut, juga bukan untuk tinta pada kertas itu, tetapi untuk sang raja. Demikian juga sujud kepada lukisan itu bukanlah penghormatan terhadap warna dan cat lukisan tersebut, tetapi kepada pemilik nama yang tergambar pada lukisan itu." Padahal dengan cara itu pulalah, terjadi berbagai penyembahan berhala yang ada." Ighatsatul Lahfaan II 292 Ibnul Qayyim juga menyatakan "Kebanyakan syirik yang terjadi di tengah umat berasal dari lukisan-lukisan dan kuburan-kuburan itu." Zadul Ma'aad III 458 5. Dari ayat-ayat dan hadits-hadits terdahulu terbukti bahwa alasan diharamkannnya lukisan itu ada tigaPertama Meniru ciptaan Meniru perbuatan orang-orang Merupakan sarana pengagungan yang akhirnya menjerumuskan kepada perbuatan syirik. Dari semua penjelasan terdahulu juga terbukti diharamkannya membuat patung, baik itu patung orang muslim atau kafir. Orang yang membuatnya berarti telah berusaha meniru ciptaan Allah. Ia berhak mendapatkan laknat. Kita memohon kepada Allah keselamatan dan hidayah. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan oleh Allah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Islam melalui sumbernya utama Al-Qur’an sangat menghargai seni. Al-Qur’an menuntun manusia mengenal Allah mengajak untuk memandang keseluruhan jagad raya yang diciptakan-Nya dengan serasi dan indah. Menikmati keindahan jagad raya ini, kita bisa membuktikan bahwa Allah sangat mencintai keindahan, menciptakan alam raya ini dengan indah tanpa kurang apapun. Ini lah bukti kebesaran Allah yang patut kita rasakan dan kita nikmati. Seni yang islami adalah seni yang menggambarkan wujud dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan fitrah. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan. Keindahan adalah salah satu sebab tumbuh dan kokohnya keimanan, sehingga keindahan itu menjadi sarana mencapai kebahagiaan dalam kehidupan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan SENI DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Raina Wildan Dosen Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry Abstrak Islam melalui sumbernya utama Al-Qur‟an sangat menghargai seni. Al-Qur‟an menuntun manusia mengenal Allah mengajak untuk memandang keseluruhan jagad raya yang diciptakan-Nya dengan serasi dan indah. Menikmati keindahan jagad raya ini, kita bisa membuktikan bahwa Allah sangat mencintai keindahan, menciptakan alam raya ini dengan indah tanpa kurang apapun. Ini lah bukti kebesaran Allah yang patut kita rasakan dan kita nikmati. Seni yang islami adalah seni yang menggambarkan wujud dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan fitrah. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan. Keindahan adalah salah satu sebab tumbuh dan kokohnya keimanan, sehingga keindahan itu menjadi sarana mencapai kebahagiaan dalam kehidupan. Kata Kunci Islam, Seni Pada era modern sekarang jadwal hidup manusia sehari-hari diintervensi dan dipadati oleh program-program hiburan yang tidak lain adalah berupa seni yang merupakan hasil karya kreativitas manusia, seperti musik, drama, tari, dan lain-lain. Hasil karya ini menjadi dunia industri hiburan lewat berbagai media, seperti radio, televisi, surat kabar dan majalah tanpa mengenal batas-batas negara dan budaya, sedangkan agama merumuskannya dengan istilah halal dan haram terhadap salah satu industri hiburan. Seperti pada tahun 2006 di Indonesia, terjadinya aksi-aksi pornografi dan porno aksi yang dipandang sebuah seni, seperti pornografi yang melukiskan lukisan telanjang aktor Anjasmara, kemudian aksi Inul Daratisda dan artis-artis dangdut yang mengandalkan gaya mereka sebagai seni, dimana Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan sebagian seniman menganggap bahwa itu sebuah hasil karya seni. Di dalam Islam itu adalah hal yang sangat melanggar agama yang sifatnya haram dengan memperlihatkan anggota tubuh kepada hal layak. Islam memandang seni sebagai suatu hal yang bisa diukur halal, haram ataupun mubah. Bagi mereka yang memandang seni dari sisi ideologis, mereka akan memandang seni yang dihasilkan dari hasil karya manusia itu adalah haram untuk dinikmati dan disajikan ke masyarakat, karena menurut mereka semua itu dianggap mengganggu kekhusu‟an beribadah, dimana secara psikologis akan menjadikan seseorang cepat frustasi karena dunia sekitarnya telah didominasi oleh industri hiburan. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara melekatkan pelanggaran-pelanggaran seketat-ketatnya atau mematikan TV dan tidak memperkenalkan industri hiburan beroperasi pada masyarakat. Contoh yang pada kita lihat seperti yang terjadi di negara Iran. Dimana mereka mengambil kebijakan menurunkan parabola dari rumah-rumah penduduk, mereka hanya diperbolehkan menonton siaran nasional yang tak lain hanya menyiarkan berita dan kultum-kultum mereka yang mengatakan halal adalah tipe pemikiran dan jalan hidup yang bersifat materialistik, dimana ia bisa dengan mudah terbawa oleh hangar bingar dunia hiburan dan melupakan apa sesungguhnya esensi dari hiburan dan kesenian itu sendiri. Dan sebagian mereka mengatakan mubah yaitu mereka yang bersikap hati-hati dengan apa yang mereka nikmati dari seni tersebut. Islam melalui Al-Qur‟an sangat menghargai seni. Allah SWT mengajak umatnya untuk memandang seluruh alam jagad raya ini yang telah diciptakan dengan serasi dan indah. Seperti dalam Surat Al-Qaf ayat 6yang artinya “Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan alam jagad raya ini sebagai hiasan yang indah untuk dapat dinikmati oleh umatnya. Manusia memandangnya untuk dinikmati dan melukiskan keindahannya sesuai dengan subjektivitas perasaannya masing-masing. Mengabaikan sisi keindahan natural hasil ciptaan Allah berarti mengabaikan salah M. Quraisy Shihab Dkk, Islam dan Kesenian, Jakarta Majelis Kebudayaan Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlah Lembaga Litbang PP Muhammadiyah, 1995, hal. 185 Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan satu sisi dari bukti kebesaran Allah dan bagi mereka yang menikmatinya mereka mempercayai bukti kebesaran Allah Swt. Salah satu tokoh filsuf barat Immanuel Kant mengatakan bahwa bukti tentang wujud Tuhan terdapat dalam rasa manusia bukan pada akalnya, jadi jelas kita lihat bahwa wujud Tuhan itu dapat kita rasakan dengan kekaguman kita akan wujud Tuhan dari hasil penciptaan-Nya. Definisi Seni Seni yaitu penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar seni suara, penglihatan seni lukis, atau dilahirkan dengan perantaraan gerak seni tari, drama. Seni merupakan wujud yang terindra, dimana seni adalah sebuah benda atau artefak yang dapat dirasa, dilihat dan didengar, seperti seni tari, seni musik dan seni yang lain. Seni yang didengar adalah bidang seni yang menggunakan suara vokal maupun instrumental sebagai medium pengutaraan, baik dengan alat-alat tunggal biola, piano dan lain-lain maupun dengan alat majemuk seperti orkes simponi, band, juga lirik puisi berirama atau prosa yang tidak berirama. Seni yang dilihat seperti seni lukis adalah bidang seni yang yang menggunakan alat seperti kanvas, beragam warna-warni dan memiliki objek tertentu untuk di lukis. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada seluruh manusia yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunnah. Islam adalah agama yang nyata dan sesuai dengan fitrah manusia yang memilki cita rasa, kehendak, hawa nafsu, sifat, perasaan dan akal pikiran. Dalam jiwa, perasaan, nurani dan keinginan manusia terbenam rasa suka akan keindahan, yang mana keindahan tersebut adalah seni. Keindahan disini adalah sesuatu yang dapat menggeraka jiwa, kemesraan, dapat menimbulkan keharuan, kesenangan bahkan juga bisa menimbulkan kebencian, dendam dan lain-lain sebagainya. Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta PT. Ikhtiar Baru, hal. 3080 - 3081 Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan Di dalam Islam, seni adalah penggerak nalar yang bisa menjangkau lebih jauh apa yang berada di balik materi. Setiap manusia berhak menggeluarkan kreativitas mereka seperti seni dalam membaca Al-Qur‟an, seni kaligrafi dan lain-lain. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan. Pandangan Islam Terhadap Seni Keindahan itu sebahagian dari seni. Ini bermakna Islam tidak menolak kesenian. Al-Quran sendiri menerima kesenian manusia kepada keindahan dan kesenian sebagai salah satu fitrah manusia semulajadi anugerah Allah kepada manusia. Seni membawa makna yang halus, indah dan permai. Dari segi istilah, seni adalah sesuatu yang halus dan indah dan menyenangkan hati serta perasaan manusia. Konsep kesenian mengikut perspektif Islam ialah membimbing manusia ke arah konsep tauhid dan pengabdian diri kepada Allah. Seni dibentuk untuk melahirkan manusia yang benar-benar baik dan beradab. Motif seni bertuju kepada kebaikan dan berakhlak. Selain itu, seni juga seharusnya lahir dari satu proses pendidikan bersifat positif dan tidak lari dari batas-batas syariat. Seni Islam ialah seni yang bertitik tolak dari akidah Islam dan berpegang kepada doktrin tauhid yaitu pengesaan Allah dan seterusnya direalisasikan dalam karya-karya seni. Ia tidak bertolak dari akidah, syarak dan akhlak. Perbedaan di antara seni Islam dengan seni yang lain ialah niat atau tujuan dan nilai akhlak yang terkandung di dalam sesuatu hasil seni itu. Ini berbeda dengan keseniaan barat yang sering mengenepikan persoalan akhlak dan kebenaran. Tujuan seni Islam ialah untuk Allah karena ia memberi kesejahteraan kepada manusia. Dengan ini, seni Islam bukanlah seni untuk seni dan bukan seni untuk sesuatu tetapi sekiranya pembentukan seni itu untuk tujuan kemasyarakatan yang mulia, itu adalah bersesuaian dengan seni Islam. Kesenian Islam dicetuskan dengan niat untuk mendapat keredaan Allah sedangkan kesenian yang tidak Thoriq, Beda Seni di Mata Barat dan Islam, Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan berbentuk Islam diciptakan untuk tujuan takbur, riak, menaikkan nafsu syahwat, merusakkan nilai syarak dan akhlak. Karya seni dikehendaki mengandungi nilai-nilai murni yang melambangkan akhlak, atau paling tidak bersifat natural yaitu bebas daripada sifat negatif. Jika sekiranya terdapat nilai-nilai negatif walaupun yang menciptakannya itu beragama Islam, maka ia terkeluar daripada kategori seni Islam. Berbagai gambaran Al-Qur‟an yang menceritakan begitu banyak keindahan, seperti surga, istana dan bangunan-bangunan keagamaan kuno lainnya telah memberi inspirasi bagi para kreator untuk mewujudkannya dalam dunia kekinian saat itu. Istana Nabi Sulaiman as, mengilhami lahirnya berbagai tempat para khalifah atau pemerintahan muslim membentuk pusat kewibawaan, istana dengan berbagai “wujud fasilitas ruang” di atas kebiasaan rakyat biasa. Asma-asma Allah SWT, seperti al-Jamiil secara theologis sangat membenarkan para kreator seni untuk memanifestasikannya dalam banyak hal. Seni adalah sebahagian daripada kebudayaan. Din al-Islam meliputi agama kebudayaan, maka dengan sendirinya kesenian merupakan sebahagian din al-Islam. Ia juga diturunkan untuk menjawab fitrah, naluri atau keperluan asasi manusia yang mengarah kepada keselamatan dan kesenangan. Firman Allah yang artinya “ Wahai anak-anak Adam, pakailah perhiasan kamu ketika waktu sembahyang. Makanlah dan minumlah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak mengasih orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah “siapakah yang mengharamkan perhiasan Allah yang dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya dan rezeki yang baik.” al-A‟raf, ayat 31-32.Namun pada sisi yang lain, berbagai larangan Nabi SAW dan para ulama mereka untuk melukis dan menggambar mahluk hidup yang bernyawa/bersyahwat dalam mewujudkan corak keindangan ruangan meskipun hal ini tidak ditemukan teks-nya secara langsung dalam Al-Qur‟an, kegiatan mereka dalam mewujudkan gagasan keindahan, tak pernah kehilangan arah. Kreasi dan potensi seni mereka, kemudian dialihkannya pada berbagai bentuk kaligrafi Islam, dengan pola dan karaktersitik yang indah dan rumit. Mereka membentuk corak ragam hias ruangan, benda-benda antik seperti gelas atau guci, karpet, dan www. minda-madani Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan sebagainya dengan berbagai ornamen bunga-bungaan atau tumbuh-timbuhan yang dianggap bukan sejenis hewan atau manusia. Allah Swt menciptakan manusia dengan memberikan akal yang dapat menciptakan sesuatu yang bisa disebut dengan seni atau budaya. Manusia juga diberikan rasa atau perasaan untuk menghayati dan merasakan sesuatu. Akal manusia memiliki daya berpikir dan perasaan, dengan akal manusia membentuk pengetahuan dengan konsep. Manusia juga diciptakan dengan anggota tubuh yang lengkap, dimana akal dan anggota tubuh bisa menghasilkan bentuk-bentuk yang menyenangkan yang bersifat estetika yaitu seni. Dalam seni, keindahan merupakan unsur penting, sehingga dalam Islam nilai keindahan merupakan nilai yang sangat penting yang sejajar dengan nilai kebenaran dan kebaikan. Alam yang diciptakan Allah adalah suatu keindahan seperti langit yang dihiasi bintang-bintang adalah suatu penciptaan Tuhan yang dapat dinikmati oleh manusia sebagai suatu keindahan. Allah Swt meyakinkan manusia tentang ajarannya dengan menyentuh seluruh totalitas manusia, termasuk menyentuh hati mereka melalui seni yang ditampilkan di dalam Al-Qur‟an yaitu melaui kisah-kisah nyata dan simbolik yang dipadu oleh imajinasi melalui gambar-gambar konkrit. Di dalam Islam, prinsip dari seni adalah ketauhidan, kepatuhan dan keindahan. Syeikh Yusuf Qardhawi telah menjelaskan sikap Islam terhadap seni. Jika ruh seni adalah perasaan terhadap keindahan maka Al Qur‟an sendiri telah menyebutkan dalam surat As-Sajadah ayat 7 yang artinya “Yang membuat segala sesuatu, yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai menciptakan manusia dari tanah”.Rasulullah saw. juga telah menjelaskan kepada beberapa sahabat yang mengira bahwa kecintaan terhadap keindahan bisa menafikan iman, dan menjadikan pelakunya terperosok dalam kesombongan, sebagiamana diceritakan sebuah hadist. Rasulullah bersabda,”Tidak akan masuk sorga siapa yang di hatinya ada rasa sombog, walau sebesar biji sawi.” Maka berkatalah seorang lelaki, “Sesungguhnya ada seorang lelaki menyukai agar baju dan sandalnya menjadi bagus.” Maka bersabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, Jakarta Gema Insani Press, hal. 13-14. M. Quraisy Shihab Dkk, Islam…,hal. 185 Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan menyukai keindahan.” HR. Muslim. Seni yang sahih adalah seni yang bisa mempertemukan secara sempurna antara keindahan dan al haq, karena keindahan adalah hakikat dari ciptaan ini, dan al haq adalah puncak dari segala keindahan ini. Oleh karena itu Islam membolehkan penganutnya menikmati keindahan, karena hal itu adalah wasilah untuk melunakkan hati dan perasaan. Lingkungan Islam yang lebih terbuka terhadap seni ini adalah para sufi dan filosof. Banyak para filosof Islam yang benar-benar menguasai musik dan teorinya, beberapa diantaranya seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dimana mereka ahli-ahli teori musik tabib muslim menggunakan musik sebagai sarana penyembuhan penyakit baik jasmani maupun rohani. Bagi para sufi, seni adalah jalan untuk dapat menangkap dimensi interior Islam, dimana seni terkait langsung dengan spriritual. Al-Ghazali sebagai tokoh sufi mengatakan bahwa mendengar nada-nada vokal dan instrumen yang indah dapat membangkitkan hal-hal dalm kalbu yang disebut Al-Wujud atau kegembiraan hati. Prinsip-prinsip seni di dalam Islam adalah sebagai berkut 1. seni yang dapat mengangkat martabat insane dan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan 2. seni yang dapat mementingkan persoalan akhlak dan kebenaran yang menyentuh aspek estetika, kemanusiaan dan moral 3. seni yang dapat menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung kepada seuruh kesahihan Islam itu sendiri, dimana menurut Islam seni yang mempunyai nilai tertinggi adalah seni yang dapat mendorong kearah ketaqwaan, kema‟rufan dan moralitas 4. seni yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya M. Quraisy Shihab Islam dan…, hal. 202 Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, Bandung ITB, 2000, hal. 10 Mustofa, Filsafat Islam, Bandung, CV. Pustaka Setia, 1997, hal. 125 Kesenian Dalam Islam Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan Islam dapat menerima semua hasil karya manusia selama sejalan dengan pandangan Islam menyangkut wujud alam raya ini. Namun demikian wajar dipertanyakan bagaimana sikap satu masyarakat dengan kreasi seninya yang tidak sejalan dengsan budaya masyarakatnya. Dalam konteks ini, perlu digarisbawahi bahwa Al-Quran memerintahkan kaum Muslim untuk menegakkan kebajikan,memerintahkan perbuatan makruf dan mencegah perbuatan munkar. Makruf merupakan budaya masyarakat sejalan dengan nilai-nilai agama, sedangkan munkar adalah perbuatan yang tidak sejalan dengan budaya masyarakat. Dari sini, setiap Muslim hendaknya memelihara nilai-nilaibudaya yang makruf dan sejalan dengan ajaran agama, dan iniakan mengantarkan mereka untuk memelihara hasil seni budayasetiap masyarakat. Seandainya pengaruh apalagi yang negatif dapat merusak adat-istiadat serta kreasi seni dari satu masyarakat, maka kaum Muslim di daerah itu harus tampil mempertahankan makruf yang diakui oleh masyarakatnya, serta membendung setiap usaha dari mana pun datangnya yang dapat merongrong makruf tersebut. Bukankah Al-Quran memerintahkan untuk menegakkan Seni Dalam Islam Ada beberapa batasan-batasan dalam Islam atau larangan dalam Islam terhadap berbagai seni, seperti seni patung, dimana ada beberapa alasan yang melarang terhadap seni ini, yaitu Dalam surat Al-Anbiya ayat 21 dimana diuraikan tentang patung-patung yang disembah oleh ayah Nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Al-Qur‟an terhadap patung-patung itu bukan sekedar menolaknya, tapi juga menghendaki penghancuran terhadap patung-patung tersebut. Di sini Allah menginginkan bahwa patung-patung pahatan hasil manusia tidak dijadikan sebagai suatu sembahan atau suatu yang menggambarkan kepada suatu Maha Pencipta yaitu Tuhan untuk disembah atau berhala. M. Quraish Shihab, Wawasa Al-Qur’an, Bandung, Mizan, 2000, hal. 10. Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan Selain itu juga ada batasan dalam seni musik, dimana sering kali orang lebih menyenangi jenis-jenis musik yang terkadang bisa membuat kita lalai dan jauh dari agama, seperti musik-musik Rock, yang bernuansa keras, bukan musik-musik yang Islami. Kemudian juga seni bernyanyi, seperti kasus Inul Daratisda dimana seni yang ditampilkan bukanlah seni bernyanyi melainkan gerakan-gerakan yang fulgar yang bisa menggarah kepada hal-hal yang tidak baik untuk dipertontonkan. Tidak seperti syair-syair Islam yang bisa memberi semangat spiritual kepada yang mendengarkannya. Ada beberapa dalil yang mengatakan bahwa nyanyi itu diharamkan 1. Berdasarkan Firman-Firman Allah yang terdapat dalam beberapa surat di dalam Al-Qur‟an diantaranya surat Luqman ayat 6, An-Najm ayat 59-61, Al-Isra‟ ayat Berdasarkan Hadist-hadist diantarannya Hadits Abu Malik Al-Asy‟ari ra bahwa Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat-alat musik “al-ma’azif” HR. Bukhari, Shahih Bukhari Hadits Aisyah ra Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya Allah mengharamkan nyanyian-nyanyian qoynah dan menjualbelikannya, mempelajarinya atau mendengar-kannya.” Kemudian beliau membacakan ayat di atas HR. Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Mardawaih Selain itu aksi pornografi dan porno aksi adalah batasan yang sangat melanggar agama. Disatu sisi orang memandang itu adalah suatu bentuk seni, tetapi di dalam Islam itu justru menggarah kepada hal-hal yang tidak baik, haram untuk di kembangkan. Pengaruh dunia barat dalam Islam terhadap seni seperti kasus kartun yang melecehkan Rasulullah saw, Satanic Verses Salman Rusdi, film Buruan Cium Gue, rencana majalah Playboy versi Indonesia, kasus Anjasmara „telanjang‟, Al-Jazairi, Abi Bakar Jabir. 1992, Haramkah Musik dan Lagu ? Al-I‟lam bi Anna Al-„Azif wa Al-Ghina Haram. Alih Bahasa oleh Awfal Ahdi. Cetakan I. Jakarta Wala` Press, hal. 20-22 Fatwa Pusat Konsultasi Syariah. Lagu dan Musik. Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan penolakan terhadap RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi yang dilakukan LSM-LSM feminis dan mereka yang mengatakan diri sebagai pekerja seni, serta puluhan kasus serupa yang telah menimbulkan keresahan masyarakat-hingga menyebabkan terjadinya demonstrasi dalam skala internasional, terjadi bisa dikarenakan akibat dari merebaknya ideologi kebebasan berekspresi, yakni paham liberal. Paham ini, adalah sebuah ideologi “mentah” yang dipaksakan oleh negara-negara besar terhadap dunia ketiga. Iideologi produk Barat berbeda dengan Islam. Islam adalah agama “realita”, Islam bukanlah agama yang menyuruh umatnya untuk tinggal di kuil-kuil dan terus-menerus melakukan ritual meninggalkan kehidupan dunia, juga bukan ideologi yang mencampakkan penganutnya ke dalam lautan syahwat yang tidak bertepi, yang tidak mengenal halal-haram, tidak mengenal akhlak, serta menyebarkan kerusakan di mana-mana dengan dalih seni. Penutup Islam melalui sumbernya utama Al-Qur‟an sangat menghargai seni. Al-Qur‟an menuntun manusia mengenal Allah mengajak untuk memandang keseluruhan jagad raya yang diciptakan-Nya dengan serasi dan indah. Menikmati keindahan jagad raya ini, kita bisa membuktikan bahwa Allah sangat mencintai keindahan, menciptakan alam raya ini dengan indah tanpa kurang apapun. Ini lah bukti kebesaran Allah yang patut kita rasakan dan kita nikmati. Seni yang Islami adalah seni yang menggambarkan wujud dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan fitrah. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan. Keindahan adalah salah satu sebab tumbuh dan kokohnya keimanan, sehingga keindahan itu menjadi sarana mencapai kebahagiaan dalam kehidupan. Sumber-sumber seni dalam Islam meliputi Al-Qur‟an dan Hadits. Dan yang menajdi prinsip-prinsip dalam seni adalah ketauhidan, kepatuhan dan keindahan. Islam Futura, Vol. VI, No. 2, Tahun 2007 Raina Wildan Daftar Kepustakaan Abdurrahman Al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, Jakarta, Gema Insani, 1991 Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, Jakarta Gema Insani Press Al-Jazairi, Abi Bakar Jabir, Haramkah Musik dan Lagu ? Al-I‟lam bi Anna Al-„Azif wa Al-Ghina Haram. Alih Bahasa oleh Awfal Ahdi. Cetakan I. Jakarta Wala` Press,1992 M. Quraisy Shihab Dkk, Islam dan Kesenian, Jakarta, Majelis Kebudayaan Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan Lembaga Litbang PP Muhammadiyah, 1995 M. Quraish Shihab, Wawasa Al-Qur’an, Bandung, Mizan, 2000 Mustofa, Filsafat Islam, Bandung, CV. Pustaka Setia, 1997 Nasr, Sayed Hossein, Spiritual dan Seni Islam, Bandung, Mizan, 1993 www. minda-madani Fatwa Pusat Konsultasi Syariah. Lagu dan Musik. ... Oleh karena kehadiran seni itu pula kegiatan keagamaan dapat menciptakan rasa nyaman dan tidak kaku. Islam dan Katolik mengarahkan umat beriman mengenal Allah mengajak untuk memandang keseluruhan dunia yang diciptakan-Nya dengan serasi dan indah Wildan, 2007. Keindahan itu tentunya menyentuh cakupan dari seni itu sendiri. ...... Bahkan lebih jauh lagi, melalui seni umat beriman dapat menikmati keindahan dunia. Melalui keindahan jagad raya tersebut manusia beriman mampu memaknai bahwa Tuhan sangat memberi hati pada keindahan Wildan, 2007. Kesadaran bahwa Tuhan sangat mencintai keindahan, memberi tugas baru kepada manusia, yaitu memahami keindahan atau seni itu dengan benar. ...Albert ManurungYulius Hendrico PeriThomas KristiatmoKeterlibatan seni dalam kehidupan manusia menjadi hal yang fundamental. Bidang keagamaan juga melibatkan seni. Islam dan Katolik memberi tempat bagi seni untuk berpartisipasi untuk menggapai kasih Tuhan. Seni yang memiliki prioritas untuk menciptakan keindahan, mendorong gerak batin manusia untuk lebih mengenal Sang Maha Keindahan yang adalah Tuhan. Tulisan ini melihat makna dan partisipasi seni di dalam agama Islam dan Katolik. Tulisan ini juga bermaksud untuk secara sederhana mengungkapkan peran seni sebagai salah satu upaya membangun sikap toleransi antar umat beragama dalam semangat integritas terbuka. Tulisan mengungkapkan bahwa Islam dan Katolik selalu mengarahkan umat beriman mengenal Tuhan mengajak untuk memandang keseluruhan dunia yang diciptakan-Nya dengan serasi dan indah dalam seni. Melalui seni dari kedua belah pihak, toleransi yang berpusat pada kedamaian bisa semakin menyentuh esensi terdalamnya. Pada akhirnya terlihat dengan jelas bahwa melalui seni umat beriman dijarkan untuk paham bahwa agama itu indah. Keindahan dalam Katolik tidak berseberangan dengan keindahan di dalam agama Islam.... Kebudayaan Islam merupakan kebudayaan yang bersumber dari Al Quran, sehingga sangat logis jika seni Islam merupakan seni Qurani [12], [13]..Dengan demikian peranan dari ornamen dan ragam hias Timur Tengah Islamic Pattern sangat mendominasi dan menjadi ciri berkaitan dengan arsitektur dan interior sebuah Masjid. Berikut ini adalah jenis ornamen khas Timur Tengah yang menjadi ciri ornamen yang terdapat pada sebuah Masjid [14] ... Zulfikar Taqiuddin UmarHusnus SawabMeutia Kemala RezkyIndonesia * KorespondenBuilding typology in an architectural context is closely related to tracing the forming elements of a building object. There are three processes in determining a typology basic shape, basic properties, and the process of developing a shape. The mosque was first built by the Prophet, the Cuban Mosque. It has a very simple architecture with priority to function, without any ornamentation on the interior or exterior of the mosque. Over the centuries, mosque architecture has developed and has characteristics that are influenced by the mindset, concepts, and culture of the local community. The face of a mosque is known as the façade, an element that can communicate culture and creativity through ornaments and other decorations to create an identity for the building. A qualitative descriptive research method was used to analyze the typology of ornaments used on the facade of the Great Mosque of Syahrun Nur Sipirok Tapanuli Selatan. This study aims to determine how the typology of ornaments is used and the combination of local ornaments and Islamic ornaments Islamic Patterns at the Great Sipirok Mosque. The results of the analysis showed that the Syahrun Nur Sipirok Great Mosque uses local ornaments that are pure or have been modified and combined with Arabic and geometric ornaments. Local ornaments are used to become an icon of regional pride and identity. Abstrak Tipologi bangunan dalam konteks arsitektur terkait erat dengan penelusuran melalui elemen-elemen pembentuk pada objek bangunan. Terdapat tiga proses dalam menentukan suatu tipologi yaitu bentuk dasar, sifat-sifat dasar, dan proses perkembangan bentuk. Masjid pertama kali dibangun oleh Rasulullah, yaitu Masjid Kuba. Memiliki arsitektur yang sangat sederhana dengan mengutamakan fungsi tanpa adanya ornamen pada interior maupun eksterior masjid. Selama berabad-abad arsitektur masjid telah berkembang dan memiliki ciri masing-masing yang dipengaruhi oleh pola pikir, konsep, dan budaya masyarakat setempat. Wajah suatu masjid dikenal dengan istilah fasad, merupakan elemen yang dapat mengkomunikasikan mengenai budaya dan kreativitas melalui ornamen dan dekorasi lainnya sehingga menciptakan identitas bagi bangunan tersebut. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk menganalisis tipologi ornamen yang digunakan pada fasad Masjid Agung Syahrun Nur Sipirok Tapanuli Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tipologi ornamen yang digunakan dan penggabungan ornamen lokal dan ornamen Islam Islamic Pattern pada Masjid Agung Sipirok. Dari hasil analisis didapatkan bahwa pada Masjid Agung Syahrun Nur Sipirok menggunakan ornamen lokal yang bersifat murni maupun telah dimodifikasi dan digabungkan dengan arabesque dan ornamen geometri. Ornamen lokal digunakan untuk menjadi ikon kebanggaan dan identitas suatu daerah. Kata kunci tipologi, ornamen masjid, fasad, masjid agung Syahrun Nur, tapanuli selatan 1. Pendahuluan Masjid merupakan bangunan umat Islam yang digunakan sebagai tempat shalat dan melakukan kegiatan ibadah lainnya. Masjid yang dibangun memiliki konsep yang bagian penempatan, fungsi, dan desainnya semuanya merujuk kepada ketentuan Islam. Masjid merupakan simbol dari arsitektur Islam yang memainkan peranan penting dalam mencerminkan keagungan terhadap Allah. Dari berbagai cara yang diterapkan, salah satunya melalui penerapan nilai estetika pada Masjid [1]. Nilai estetika tersebut biasanya diwujudkan melalui ornamen atau ragam hias yang biasanya diletakan pada interior dan eksterior dari Masjid. Ornamen yang terdapat pada interior dan eksterior Masjid pada dasarnya bukan merupakan kebudayaan yang berkembang pada masa Nabi Muhammad, tapi dari perkembangan arsitektur yang ada pada tiap-tiap daerah dan perkembangan zaman yang mengikuti norma-norma Islam. Penafsiran dari nilai... Islam through its main source the Qur'an highly values art. The Qur'an leads people to know Allah invites to look at the entire universe he created harmoniously and beautifully Wildan, 2007. Fourth, manage natural resources optimally, meaning that they are not wasteful, excessive, or damaging to the environment. ... Novalini JailaniThis study aims to formulate alternative strategies for developing the creative economy in the craft subsector. This research was conducted by field research with a descriptive qualitative approach. Data collection is done by conducting interviews, observation and documentation. Primary data sources were obtained from direct interviews with owner and production manager of Ridaka Woven & Craft. Secondary data were obtained from various books, articles, journals and authoritative websites relevant to this research. Data were analyzed using the SWOT analysis technique by identifying internal factors which are strengths and weaknesses, as well as external factors which are opportunities and threats for business development. The results of this study found that to be able to develop its business, Ridaka Woven & Craft can apply several strategies, namely 1 with sufficient raw materials it can continue to innovate products in terms of motifs and types that suit market tastes in order to make handicraft products competitive. Then always maintaining the characteristics of ecofriendly products to reach the global market which is currently a trend of using products that are environmentally friendly. 2 Maximizing the role of social media and the internet as promotional and marketing media. 3 Conduct skills training and knowledge development to improve the quality of human resources. 4 Frequently participating in events and bazaars can also be an effort to promote products and brands. 5 The government always supports by providing information to build people's mindset about handicraft products as local brands.... Konsep kesenian dalam perspektif islam yaitu membimbing manusia kearah konsep tauhid dan pengabdian kita sebagai makhluk kepada Allah SWT dan juga Motif seni digagas untuk membentuk manusia yang bertujan baik dan berahklak. Wildan, 2018. Dalam hal ini seni dan islam khususnya seni rupa dipahami sebagai spiritualitas islam secara langsung dengan dibentuknya karya -karya tertentu dari seorang seniman, bukan hanya saja dari bentuk penciptaan seninya saja tetapi mengandung makna mengenai aspek keislaman didalamnya. ... Muhamad ParhanEka Nur Lia SukmaFikri Ilham NugrahaKaryana Tri UtamaAbstrakSeni rupa merupakan salah satu cabang seni yang diekspresikan melalui media rupa atau visual yang sangat bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi disaat perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat justru muncul kesenjangan yang cukup signifikan antara Seni dengan disiplin ilmu dalam Islam. Padahal seni memiliki porsi yang sangat besar di dalam agama yang menujukan visual dari peristiwa di dunia dan tanda-tanda Ilahi. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan caramengumpulkan survey sederhana kepada mahasiswa atau seniman muslim yang berada di Bandung dengan rentang usia 18-21 tahun yang dilakukan secara daring menggunakan google form. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi seni rupa sebagai displin ilmu dalam Islam dengan afterlife mapping memerlukan upaya rekonstruksi pemikiran kependidikan dalam rangka mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi pertama, kontribusi seni apa saja yang dihasilkan seniman/mahasiswa muslim pada saat ini; kedua, jangan beranggapan bahwa seni rupa membuat pelaku seni jadi jauh dari kaidah Islam, karena hal tersebut hanyalahstereotype; ketiga buatlah rencana dengan kontribusi yang dimiliki untuk kehidupan kunci kontribusi seni rupa; disiplin ilmu; afterlife mapping AbstractFine art is a branch of art that is expressed through visual or visual media that is in close contact with everyday life. However, when the development of science is increasing, there appears a significant gap between art and disciplines in Islam. Whereas art has a very large portion in religion which shows visuals of events in the world and divine signs. The research method uses a qualitative approach by collecting a simple survey of Muslim students or artists in Bandung with an age range of 18-21 years which is carried out online using Google Form. The results show that the contribution of art as a discipline in Islam with afterlife mapping requires an effort to reconstruct educational thinking in order to anticipate any changes that occur first, what artistic contributions are produced by Muslim artists/students at this time; secondly, do not assume that art makes art performers away from Islamic principles, because this is just a stereotype; Third, make a plan with the contribution you have for the art contribution; disciplines; afterlife mapping Nurul AdhhaMelalui Buku Ajar ini, penulis berusaha menyajikan sumber belajar yang ringan namun sarat informasi bagi seluruh pembaca baik kalangan sivitas akademika secara khusus maupun khalayak ramai pada umumnya. Penulis menemukan bahwa Agama dan Etika merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Agama Islam maupun Etika Islam adalah satu kesatuan yang mampu meningkatkan iman dan membuat Takwa menjadi paripurna. Komitmen agama seseorang akan menentukan komitmen etikanya di dalam kehidupan sehari-hari. Agama dan etika menjadikan seorang individu mampu memutuskan apa yang benar secara sistematis. Selain itu Agama dan Etika Islam merupakan perintah ilahi yang menjadi seperangkat kayakinan dan norma yang akan membawa manusia kepada keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Unik Hanifah SalsabilaMuhammad Lutfi Nur HanifanMuhammad Ibnu MahmudaAnggi PratiwiIslamic Religious Education is a subject that has been given to students from an early age, with the intention of familiarizing children with the Religion of Islam. The introduction of Islamic religious education to children has developed in every era, from those who previously used books or lectures, to now using electronic learning media. Islamic religious education learning media has many kinds of media and models, such as visual, audio, and audio-visual media. The development of the all-digital era certainly has positive and negative impacts, the positive impact is that learning is more interesting and can adapt to the potential of students, and the negative impact is that it is easy to find information what children want, with the fear of finding something that leads to negative things. Muhamad ParhanCindy Anugrah PratiwiRika AgustinaSalsa Nurul AiniThis article provides an overview of the implications of Islamic science and art. Not many dancers wearing hijab when dancing, because it is considered something unusual. Various stigmas appear in the perspective of society when they see dancers wearing hijab. One of the stigmas given is that women or girls wearing hijab are not supposed to dance because often the movements performed can invite lust, for instance, through erotic movements that could trigger lust especially in men who are not family members of the women. The dancers wearing hijab, on the other hand, appear to be conveying an implicit message of Islamic preaching. Every dance, in fact, has meaning and serves as a medium for the dancer’s self-actualization through movements. With this phenomenon in mind, this study was conducted to collect, conclude, and share understanding from many perspectives on hijab-wearing dancers. To obtain larger data, this study used a qualitative method with descriptive analysis. This research could be used as a reading source to open up fresh perspectives for society and to encourage hijab-wearing women to express themselves limitlessly when doing activities such as IchsanMuhammad AfadhMuhammad FatahillahAdam Baustin ErlanggaThis research focus on studying the art based on Islamic perspective. The aim of this research is to understand Islamic perspective towards the art. Besides to develop the concept of art in the religion aspect, it also to understand the implementation of art towards the Islamic education. By using descriptive method, this study also analyze certain phenomenon in the present or past. Researchers conduct trusted resources of books and articles in the internet to be reviewed comprehensively. It is conducted to draw certain conclusion to give us new horizon about Islamic perspective towards art. Key words art, Islam, education, implementation, Mustaqim Ahmad Shofiyuddin IchsanIsnaini Nur 'ainunPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap nilai-nilai pendidikan religius pada seni musik Rofa Band di Pondok Pesantren Raudlatul Fatihah Pleret Bantul Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif deskriptif dan menggunakan pendekatan studi kasus. Adapun pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis Seiddel. Hasil penelitian ini dapat dipahami bahwa pementasan seni musik Rofa Band di pesantren ini memiliki dua kegiatan, yakni pementasan musik dan rutinan jagongan bareng pemusik. Metode dakwah yang dilakukan oleh Kyai dalam menyisipkan nilai pendidikan religius pada setiap kegiatannya melalui tiga metode, yakni ceramah, tanya jawab, dan amtsal. Adapun dampak yang ditimbulkan dari implementasi seni musik Rofa Band adalah sebagai ekspresi kecintaan dan keindahan, sebagai pengagungan Sang Pencipta, terlahirnya hubungan baik antara manusia dengan Allah dan sesama manusia, terwujudnya hubungan baik antara aqidah, syariah dan akhlak, dan menjadikan segala sesuatu sebelumnya yang buruk menjadi lebih is known for having a variety of cultural values. The usage of "pelamin" decorations is well-known in Malay weddings in Malaysia. The roots of design and layout are examined in the context of culture and visual art in this study. The point is that this concept originated from the royal throne, o which has been embraced to depict the concept of the "raja sehari" bridegroom during wedding ceremonies. In Malaysia, the consequence of cultural exchange is also a factor in the professional decoration's renewal results. This study aims to figure out how Malay wedding decorations are designed and what cultural influences they have. It also examines the viability of traditional and modern Malay wedding decorations. Keywords Influence; Malay Traditional Design; Malay Wedding; Malay Decoration eISSN 2398-4287 © 2022. The Authors. Published for AMER ABRA cE-Bs by e-International Publishing House, Ltd., UK. This is an open access article under the CC BYNC-ND license Peer–review under responsibility of AMER Association of Malaysian Environment-Behaviour Researchers, ABRA Association of Behavioural Researchers on Asians and cE-Bs Centre for Environment-Behaviour Studies, Faculty of Architecture, Planning & Surveying, Universiti Teknologi MARA, Malaysia. DOI Musik dan Lagu ? Al-I"lam bi Anna AlAbi Bakar JabirAl-Jazairi, Abi Bakar Jabir. 1992, Haramkah Musik dan Lagu ? Al-I"lam bi Anna Al-"Azif wa Al-Ghina Haram. Alih Bahasa oleh Awfal Ahdi. Cetakan I. Jakarta Wala` Press, hal. 20-22 14Abi Bakar JabirHaramkah Musik DanLaguAl-Jazairi, Abi Bakar Jabir, Haramkah Musik dan Lagu ? Al-I"lam bi Anna Al-"Azif wa Al-Ghina Haram. Alih Bahasa oleh Awfal Ahdi. Cetakan I. Jakarta Wala` Press,1992Spiritual dan Seni Islam, Bandung, Mizan, 1993 www. minda-madani onlineSayed NasrHosseinNasr, Sayed Hossein, Spiritual dan Seni Islam, Bandung, Mizan, 1993 www. minda-madani Fatwa Pusat Konsultasi Syariah. Lagu dan Musik.
3 Pendapat / 5 Dipublikasi pada 2017-01-24 104853 Sumber Bagaimanakah seni dalam pandangan Al-Quran? Menurut Al-Quran, kesenian itu meliputi apa saja? Ayat-ayat mana saja yang membahasas tentang tema ini? Seni memiliki makna yang luas. Meski seni dalam pemaknaannya memberikan keunggulan dan keisitemewaan kepada seniman, namun sejauh ini belum ada yang menunjukkan sebuah definisi yang definitif tentang seni. Mengingat bahwa seni adalah salah satu sisi kehidupan duniawi manusia, maka dapat disimpulkan bahwa al-Quran mendukung seni yang merupakan salah satu bagian dari kehidupan duniawi manusia. Seni sebagai sebagian dari perbuatan dan perilaku manusia yang mendapat sokongan al-Quran harus memiliki dua tipologi berikut Pertama Seni sebagai media untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama dan prinsip-prinsip fitrawi manusia serta membuat manusia tetap menaruh perhatian terhadap kehidupan akhirat. Kedua dalam pelaksanakannya, seni tidak boleh menyalahi dan menyimpang aturan-aturan yang telah digariskan oleh agama. Dalam menjawab pertanyaan ini, pada awalnya harus memperhatikan dua poin Pertama, harus diketahui bahwa al-Quran bukanlah kitab bahasa kamus sehingga mampu menjelaskan makna setiap kata atau dalam setiap tema secara detail memiliki pandangan khusus. Al-Quran memberikan parameter-parameter dan prinsip-prinsip pada kehidupan manusia. Berdasaran hal ini, apabila kita tidak menemukan makna-makna satu kata tertentu, maka kita harus melihat gambaran umum terkait tema yang kita cari. Kedua, harus diperhatikan bahwa kata-kata “hunar seni” adalah kata-kata Persia. Berdasarkan hal ini, maka makna kata-kata ini harus dicari di kamus Bahasa Persia. Kita tahu bahwa cakupan seni sangatlah luas, sehingga makna-makna tepatnya yang berada di kamus hanya merupakan makna-makna umum dan dengan pertolongan kamus itu, tidak dapat diketahui contoh-contoh dari seni secara mendetail. Sebagai contoh, Dekhuda mendefinisikan seni sebagai berikut “Kata ini pada dasarnya merupakan derajat kesempurnaan manusia yang mencakupi kecerdasan, firasat dan kelebihan ilmu, seniman lebih memiliki kemampuan dalam hal-hal yang telah disebutkan dari pada orang lain.” Nah, dengan memperhatikan dua poin ini, kita akan meneliti seni dari pandangan Al-Quran Jelas, bahwa seni memiliki keluasan dan berdasarkan hal itu setiap manusia yang memiliki ilmu pengetahuan, bakat dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu daripada orang lain, maka ia disebut seniman entah bakat dan kemampuan ini dalam bidang positif maupun negatif bahkan meskipun tanpa tujuan. Demikian juga, bahwa apabila kita menghendaki definisi yang telah kami paparkan tentang seni berdasarkan penelitian kita sendiri, maka sebagian besar manusia dalam satu hal tertentu merupakan seorang seniman, namun meskipun demikian, pada masa sekarang, dalam pandangan umum, kata-kata seperti seniman hanya disematkan kepada sebagian profesi tertentu dari anggota masyarakat yang sibuk dalam bidang-bidang tertentu seperti bioskop, teater, pembuatan patung, melukis dan lainnya. Orang-orang lain, meskipun ia memiliki kemampuan nilai seni yang tinggi, tidak disebut sebagai seorang seniman. Sebagai contoh, seorang petani ulung tidak akan pernah disebut sebagai seniman. Penjelasan ini dengan dalil bahwa kita mengetahui pengertian umum dan khusus dan keduanya juga memiliki jawaban yang cocok, maksudnya dalam seni khusus Anda pada awalnya harus menentukan jenis seni dengan segala kedetailannya kemudian mencari pandangan Al-Quran terkait dengan hal itu, seperti pertanyaan 3338 tentang pandangan Islam terhadap kerajinan membuat patung dan melukis. Namun, untuk memperoleh pendapat al-Quran terkait dengan seni, dalam makna umum dan global, pada awalnya kita harus mengenal standar-standar umum Islam kemudian meneliti setiap akar seni dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan timbangan-timbangan umum dan kemudian meneliti apakah seni itu sesuai dengan nilai-nilai Islam ataukah tidak? Terkait dengan pandangan umum Al-Quran tentang seni harus dikatakan bahwa Meskipun tidak ada ayat dan surah sehubungan dengan seni yang diturunkan, namun dari sisi bahwa seni merupakan bagian dari kehidupan duniawi manusia, maka dapat disimpulkan bahwa al-Quran mendukung seni yang merupakan salah satu bagian dari kehidupan duniawi manusia. Sebagaimana yang telah kita ketahui, seni terbagi menjadi tiga golongan memiliki nilai, bertentangan dengan nilai-nilai dan tidak memiliki nilai. Berdasarkan penjelasan Al-Quran, tindakan bernilai adalah tindakan yang memiliki manfaat ukhrawi atau manfaat duniawi yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tindakan bertentangan dengan nilai-nilai dapat digambarkan dalam amalan kehidupan manusia yang secara terang-terangan bertentangan dengan ajaran-ajaran agama dan jika melakukannya, termasuk melawan Tuhan dan Nabinya. Di antara dua tindakan di atas, terdapat pula tindakan yang tidak memiliki tujuan tertentu dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip agama namun tidak juga dapat dinilai bahwa hal itu bertentangan dengan nilai-nilai agama secara jelas. Tindakan ini disebut dengan tindakan yang tidak memiliki nilai yang pada akhirnya karena hilangnya kesempatan secara perlahan-lahan bagi manusia untuk melakukan tindakan yang bernilai, mungkin saja akan berubah menjadi tindakan yang berlawanan dengan nilai-nilai. Tindakan seni juga tidak akan keluar dari patokan-patokan ini dan salah satu dari tiga batasan diatas. Yang lebih penting adalah menggunakan setiap bentuk seni sesuai dengan ketentuan dan pandangan Al-Quran. Dalam al-Quran, Allah Swt mencela sebagian pendongeng karena memiliki tujuan buruk.[1] Namun dalam surah Yusuf, al-Quran memberikan penghargaan terhadap seni; yaitu seni dalam hal cerita.[2] Mengingat bahwa dunia ini dinilai sebagai dagangan yang tidak ada nilainya dan sekejap[3] maka manusia diajak untuk lebih teliti dalam menciptakan seni.[4] Manusia menggunakan sisi industri untuk digunakan dalam sisi positif seperti membuat kapal,[5] bertani[6] dan lainnya. Tindakan seni seperti ini dinilai sebagai seni yang baik dan menunjukkan kekuasaan Ilahi karena pencipta seni yaitu manusia adalah makhluk Tuhan sedangkan jika manusia menggunakan industri dan seni yang digunakan untuk menjauhkan diri dari Tuhan, maka mereka harus menerima balasan kemusnahan dan api jahanam.[7] Sebagaimana yang Anda perhatikan, dalam berbagai seni, seni itu sendiri tidak dapat diterima atau juga ditolak oleh Al-Quran, namun hanya motivasi seniman yang dapat menentukan bahwa suatu seni itu menurut Al-Quran adalah sebagai seni yang positif ataukah negatif. Sebagai contoh, kita akan meneliti sebuah kesenian menurut pandangan Al-Quran Al-Quran, seni konstruksi tidak dengan sendirinya diterima atau ditolak oleh Al-Quran, namun apabila tujuan pelaksanaan seni ini adalah tujuan yang diterima oleh Tuhan, maka hal itu akan diterima oleh Al-Quran seperti membangun masjid untuk beribadah[8] atau membangun rumah yang digunakan untuk tempat sebagai tempat penampungan bagi masyarakat[9] atau bahkan bangunan istana dengan karpet kristal yang nampak seperti kolam renang biru[10] yang dibuat bukan untuk menyembah dunia namun untuk menunjukkan budaya manusia atau agama maka hal itu tidak bertentangan dengan Al-Quran. Namun apabila tujuannya adalah untuk hal-hal yang bertentangan dengan Tuhan, maka seni engineering itu juga akan menjadi hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai Al-Quran seperti istana yang dibangun oleh Haman atas perintah Firaun dan digunakan untuk melawan Tuhan.[11] Bahkan apabila dalam karya seninya memang tidak ada maksud untuk melawan Tuhan dan hanya untuk berfoya-foya, bersenang-senang dan berlaku sombong, maka tindakan seperti itu tetap ditentang oleh Al-Quran secara keras.[12] Yang menarik, bahwa Al-Quran bahkan jika membangun masjid dengan maksud untuk selain agama maka hal itu akan dipertanyakan.[13] Dari sisi lain, Tuhan akan mengazab dan membinasakan dalam waktu dekat bagi orang-orang yang membangun bangunan-bangunan yang sangat mencolok atau sangat mentereng[14] sehingga tidak akan ada anggapan bahwa dengan menggunakan seni untuk memperkuat bangunan, maka hala itu akan membuatnya aman dari kemarahan Tuhan.[15] Dengan mencermati semua ayat ini, apakah kesimpulan yang dapat kita petik? Apakah pada akhirnya Islam setuju dengan seni untuk membangun konstruksi ataukah justru tidak menyetujuinya. Dalam menjawab pertanyaan ini kita tidak boleh berharap bahwa Islam memberikan pendapat positif atau negatif terkait dengan satu per satu seni. Islam menerangkan kriteria-kriteria globalnya dan kesenian itu sendiri yang harus menyesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah digariskan. Setelah sampai kepada pengklasifikasian ini, sebagian tema yang dapat dijadikan pegangan bagi para pecinta seni akan kami jelaskan sebagai berikut Para Nabi dalam setiap periode, memiliki mukjizat dalam hal seni yang umum berkembang pada zamannya yang ditampakkan secara sangat baik dan bagus. Nabi Musa As memiliki tongkat yang berubah menjadi ular. Nabi Isa As bisa menghidupkan orang yang mati menjadi hidup dan dengan membuat burung dari tanah dengan ijin Tuhan, beliau merubahnya menjadi makhluk hidup. Nabi Muhammad Saw membawakan Al-Quran dimana pada masa itu, seni syair dan adab sedang berada pada puncaknya dan tidak seorang pun yang mampu mengalahkannya. Semua ini, diperuntukkan bagi para nabi, di samping untuk membuktikan kenabiannya juga untuk mengalahkan kemampuan-kemampuan seni yang bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran dalam melawan kekuatan Allah yang tak terbatas. Ibnu Sikkit, menanyakan dalil perbedaan mukjizat para Nabi kepada Imam Ridha As. Beliau menjelaskannya sebagaimana yang telah diuraikan di atas.[16] Dalam berbagai riwayat, tetap terjaganya Al-Quran setelah berlangsung beberapa abad, dan kecintaan untuk membacanya bahkan setelah beberapa kali dibaca, menunjukkan adanya perbedaan seni manusia dan mukjzat samawi. [17] Berdasarkan penjelasan Al-Quran sendiri, diberitakan bahwa hingga hari kiamat tidak akan ada satu kitab pun yang akan menyamainya. [18] Harus dikatakan bahwa kitab yang dipenuhi oleh seni itu sendiri, maka ia tidak bisa menolak seni! Tentu saja, seni yang tidak diperuntukkan untuk melawan Tuhan dan ajaran para Nabi-Nya. Al-Quran tidak melarang untuk menggunakan kesenian dan seni-seni yang diciptakan [19] , bahkan dalam beberapa hal justru dianjurkan, [20] namun mereka yang berlaku berlebihan dalam menggunakan seni dan simbol-simbol keduniaan, maka mereka adalah orang-orang yang lalai dari Tuhan. Al-Quran pun mencela golongan manusia jenis ini [21] seperti kondisi yang menimpa Qarun yang mendapat adzab dan kemarahan Allah. [22] Harus diperhatikan bahwa Islam dan Al-Quran menilai manusia-manusia yang beriman memiliki kedudukan yang sangat tinggi sehingga mereka tidak akan sibuk dengan hal-hal yang tidak ada gunanya. Allah menilai bahwa salah satu karakteristik seorang Mukmin adalah menjauhi pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada manfaatnya. [23] Oleh itu, seni yang mengandung nilai-nilai positif akan diterima oleh Islam, namun seni-seni yang hanya mengandung unsur menyia-nyiakan waktu dan bersenang-senang atau bahkan seni sebagai seni maka tidak akan diterima oleh Islam. Tidak boleh bahwa hanya karena sesuatu itu bernama seni, maka langsung mempelajarinya karena boleh jadi ketidakpantasan yang secara pasti berlawanan dengan nilai-nilai agama karena didalamnya mengandung nama seni! Salah satu kritikan Imam Khomeini Ra kepada Syah adalah diselenggarakannya “Festival Seni” di Syiraz yang diadakan oleh rezim despotik Syah Pahlavi atas nama seni yang memiliki tujuan untuk memerangi nilai-nilai tinggi agama. [24] Dalam penjelasannya beliau menyampaikan Pada rezim sebelumnya, isi semua perkara khususnya budaya dan seni, telah berubah. [25] Berdasarkan hal ini, sangatlah penting untuk memperhatikan poin ini bahwa dalam menjalankan aktivitas-aktivitas kesenian harus memperhatikan rambu-rambu syar’i dan harus memperhatikan seni digunakan untuk menyebarkan ajaran agama Islam, harus memperhatikan pedoman-pedoman syar’i, dan jika tidak demikian, maka menurut Islam seni tidak akan diterima, apatah lagi seni yang bertujuan untuk menghancurkan prinsip-prinsip agama. Dari semua uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut pandangan umum, seni yang dibenarkan oleh Islam dan Al-Quran hanyalah seni-seni yang hanya menggunakan cara-cara yang dibenarkan, berkhidmat untuk tujuan mulia Ilahi dan agama yang sesuai dengan fitrah suci manusia dan segala macam seni yang telah disebutkan meskipun secara langsung juga tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran agama, maka hal itu tidak akan diterima oleh Islam dan agama. Mempelajari semua pesan Imam Khomeini Ra yang disampaikan kepada para seniman, juga merupakan hal yang patut diperhatikan bagi Anda untuk mengetahui pandangan Islam tentang seni.[26] [1] Qs Lukman [31] 6 "و من الناس من يشتري لهو الحديث ليضل عن سبيل الله" [2] Qs Yusuf [12] 3 "نحن نقص علیک احسن القصص ..." [3] Qs Ali Imran [3] 185; Al-Hadid [57] 20; Qs Ghafir [40] 39, ayat-ayat lainnya yang jumlahnya sangat banyak. [4] Qs Lukman [31] 20; Qs Syu’ara [26] 7; Qs Sajdah [32] 27; Qs Al-Ghasyiyah [88] 17-20. [5] Qs Lukman [31] 31. [6] Qs Al-An’am [6] 141; Qs Al-Nahl [16] 11. [7] Qs Thaha [20] 69; Anbiya [21] 98. [8] Qs Al-Baqarah [2] 127; Ali Imran [3] 96; Qs Taubah [9] 18; Qs Kahf [18] 21. [9] Qs Al-Nahl [16] 44. "و الله جعل لکم من بیوتکم سکنا" [10] Qs Al-Naml [27] 44 "قال انه صرح ممرد من قواریر" [11] Qs Qasash [28] 38; QS Al-Ghafir [40] 36 "و قال فرعون یا هامان ابن لی صرحا" [12] Al-Syu’ara [26] 128-130. [13] Qs Taubah [9] 107. "و الذین اتخذوا مسجدا ضرارا و کفرا و...". [14] Qs Al-Fajr [89] 5-9; Qs Al-A’raf [7] 74. [15] Qs Al-Fushilat [41] 15. [16] Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, Kafi, jil. 1, hal. 24, hadis 20, Dar al-Kitab al-Islamiyah, Tehran, 1365 S. [17] Majlisi, Muhammad Baqir, Bihar al-Anwar, jil. 89, hal. 14, hadis 6, hal. 15, hadis 8, Muasasah al-Wafa, Beirut, 1414 H. [18] Ibid, hal. 16, hadis 15 berdasarkan surah al-Isra ayat 88. [19] Qs Al-A’raf [7] 32, "قل من حرم زینة الله ...". [20] Qs Al-A’raf [7]"خذوا زینتکم عند کل مسجد ...". [21] Qs Rum [21] 7. "یعلمون ظاهرا من الحیاة الدنیا و هم عن الآخرة غافلون". [22] QS Qashash [28] 76-83. [23] Qs Mukminun [23] 3. "و الذین هم عن اللغو معرضون" Demikian juga Qs Al-Furqan [25] 72. [24] Shahifah Imam, jil. 18, hal. 215. [25] Ibid, jil. 18, hal. 215. [26] Ibid, jil. 21, hal. 145.
loading...Patung Salahuddin Al-Ayyubi di Kerak, Yordania. Foto/Ilustrasi/Wikipedia Al-Quran secara tegas dan dengan bahasa yang sangat jelas berbicara tentang patung pada tiga surat Al-Quran. Baca Juga Dalam surat Al-Anbiya 21 51-58 diuraikan tentang patung-patung yang disembah oleh ayah Nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Al-Quran terhadap patung-patung itu, bukan sekadar menolaknya, tetapi merestui جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ“Maka Ibrahim menjadikan berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar induk dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali untuk bertanya kepadanya QS Al-Anbiya 58. Baca Juga Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, menjelaskan, ada satu catatan kecil yang dapat memberikan arti dari sikap Nabi Ibrahim di atas, yaitu bahwa beliau menghancurkan semua berhala kecuali satu yang terbesar. Membiarkan satu di antaranya dibenarkan, karena ketika itu berhala tersebut diharapkan dapat berperan sesuai dengan ajaran tauhid. Melalui berhala itulah Nabi Ibrahim membuktikan kepada mereka bahwa berhala -betapapun besar dan indahnya- tidak wajar untuk بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَفَرَجَعُوا إِلَىٰ أَنْفُسِهِمْ فَقَالُوا إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَSebenarnya patung yang besar inilah yang melakukannya penghancuran berhala-berhala itu. Maka tanyakanlah kepada mereka jika mereka dapat berbicara. Maka mereka kembali kepada kesadaran diri mereka, lalu mereka berkata, Sesungguhnya kami sekalian adalah orang-orang yang menganiaya diri sendiri QS Al-Anbiya 63-64 Baca Juga Sekali lagi Nabi Ibrahim AS. tidak menghancurkan berhala yang terbesar pada saat berhala itu difungsikan untuk satu tujuan yang benar. Jika demikian, yang dipersoalkan bukan berhalanya, tetapi sikap terhadap berhala, serta peranan yang diharapkan surat Saba 34 12-13 diuraikan tentang nikmat yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Sulaiman, yang antara lain adalah,يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ ۚ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ"Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang besarnya seperti kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku. Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. QS Saba 13. Baca Juga Dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan bahwa patung-patung itu terbuat dari kaca, marmer, dan tembaga, dan konon menampilkan para ulama dan nabi-nabi terdahulu. Di sini, patung-patung tersebut -karena tidak disembah atau diduga akan disembah- maka keterampilan membuatnya serta pemilikannya dinilai sebagai bagian dari anugerah Ilahi. Baca Juga Dalam Al-Quran surat Ali Imran 3 48-49 dan Al-Maidah 5 110 diuraikan mukjizat Nabi Isa antara lain adalah menciptakan patung berbentuk burung dari tanah liat dan setelah ditiupnya, kreasinya itu menjadi burung yang sebenarnya atas izin إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ ۖ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَىٰ بِإِذْنِ اللَّهِ ۖ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَDan sebagai Rasul kepada Bani Israil yang berkata kepada mereka "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda mukjizat dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda kebenaran kerasulanku bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.QS Ali Imran 49.
hadits tentang seni rupa